Tangerang Selatan

MoU Senilai Rp3,6 Triliun Air Bersih Tangsel, Publik Tunggu Akuntabilitas

12
×

MoU Senilai Rp3,6 Triliun Air Bersih Tangsel, Publik Tunggu Akuntabilitas

Sebarkan artikel ini

Tangerang Selatan | DBN.com

Proyek ambisius penyediaan air bersih Tangsel senilai Rp3,6 triliun resmi diluncurkan. PT PALYJA Tirta Tangsel dan Perseroda PT Pembangunan Investasi Tangerang Selatan (PITS) meneken Nota Kesepahaman (MoU) di Hotel Grand Zury BSD, Jumat (26/9/2025).

Namun, alih-alih terbuka untuk publik, acara bersejarah itu justru digelar tertutup. Awak media dilarang masuk ke ruang penandatanganan dengan alasan instruksi internal panitia. Langkah ini menimbulkan pertanyaan publik, sebab proyek tersebut menyangkut layanan dasar warga dan menggunakan skema kerja sama jangka panjang.

Wali Kota Tangerang Selatan, Benyamin Davnie, menegaskan kerja sama akan berjalan bertahap. Menurutnya, kapasitas intake, analisis bisnis, hingga risiko keuangan harus dikalkulasi matang. “Program ini tidak bisa instan melayani semua masyarakat. Ada perhitungan biaya komprehensif, mulai dari pengolahan air hingga distribusi ke rumah,” kata Benyamin.

Ia menambahkan, aspek sosial tetap menjadi pertimbangan utama. Pemerintah daerah, lanjutnya, harus menyeimbangkan pelayanan publik dengan kebutuhan komersial BUMD. Benyamin juga mendorong direksi agar sigap menyelesaikan kendala lapangan.

Di sisi lain, Direktur Utama PITS, TB Hendra S, menyebut investasi awal pembangunan sistem penyediaan air minum (SPAM) dan jaringan pipa mencapai Rp1,2 triliun. Biaya operasional selama 30 tahun diproyeksikan Rp2,4 triliun. Total kebutuhan investasi pun menembus Rp3,6 triliun.

“Karena APBD terbatas, kami harus mencari skema inovatif. Pola kerja sama B2B dan angsuran berbasis kinerja bisa mengurangi beban fiskal daerah,” jelas Hendra.

Besarnya nilai proyek memperkuat alasan publik menuntut transparansi. Keterbukaan informasi menjadi krusial agar masyarakat tahu arah kebijakan, potensi risiko, serta dampak tarif yang mungkin berubah. Menutup akses media dalam tahap awal proyek justru menimbulkan kesan negatif tentang akuntabilitas.

Proyek ini diproyeksikan menjawab defisit air bersih yang masih menjadi masalah klasik Tangsel. Kota dengan laju pertumbuhan penduduk tinggi itu hingga kini bergantung pada sistem distribusi terbatas, sementara permintaan terus meningkat.

Terlepas dari catatan kritis, kerja sama PITS dan PALYJA tetap dipandang strategis. Jika berjalan sesuai rencana, proyek ini bisa menjadi tonggak layanan dasar yang lebih adil, berkelanjutan, dan menjangkau semua lapisan warga. Namun, publik berhak menagih satu hal: keterbukaan penuh sejak awal agar investasi triliunan ini tidak berakhir sekadar jargon.(Syf)