EntertainmentNasionalPalembangSumsel

Sejarawan Kota Palembang sekaligus Dosen UIN Raden Fatah Palembang, Kemas Abdul Rachman Panji (Kemas Ari Panji), akhirnya meraih gelar Doktor

22
×

Sejarawan Kota Palembang sekaligus Dosen UIN Raden Fatah Palembang, Kemas Abdul Rachman Panji (Kemas Ari Panji), akhirnya meraih gelar Doktor

Sebarkan artikel ini

Palembang,- Duta Berita Nusantara.com

Dengan perjuangan panjang dan tekad tak kenal lelah, sejarawan Kota Palembang sekaligus dosen UIN Raden Fatah Palembang, Kemas Abdul Rachman Panji (Kemas Ari Panji), akhirnya meraih gelar Doktor Peradaban Islam ke-272 dengan predikat Amat Memuaskan. Sidang promosi doktor digelar di Gedung Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang, Rabu (18/6/2025).

Luar Biasa! Perjuangan Akademik Kemas Ari Panji Taklukkan Rintangan, Raih Doktor, Angkat Penelitian Mata Uang Kesultanan Palembang Darussalam Dalam Perspektif Sejarah Politik

Dengan perjuangan panjang dan tekad tak kenal lelah, sejarawan Kota Palembang sekaligus dosen UIN Raden Fatah Palembang, Kemas Abdul Rachman Panji (Kemas Ari Panji), akhirnya meraih gelar Doktor Peradaban Islam ke-272 dengan predikat Amat Memuaskan.

 

Sidang promosi doktor digelar di Gedung Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang, Rabu (18/6/2025).

Momen bersejarah ini dihadiri tokoh-tokoh penting, termasuk Sultan Palembang Darussalam, Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Raden Muhammad Fauwaz Diradja, Asisten II Setda Kota Palembang Isnaini Madani , Ketua Aliansi Masyarakat Peduli Cagar Budaya (AMPCB) Vebri A Lintani , Ketua MSI Kota Palembang Dr Dedi Irwanto MA serta berbagai komunitas sejarah, anak dan istri serta keluarga, kerabat serta teman dari Kemas Abdul Rachman Panji, perwakilan Dinas Kebudayaan Kota Palembang dan Dinas Pariwisata kota Palembang.

Kemas Abdul Rachman Panji berhasil mempertahankan disertasinya dalam Sidang Terbuka Promosi Doktor di bidang Peradaban Islam, dengan judul disertasi “ Mata Uang Kesultanan Palembang Darussalam Dalam Perspektif Sejarah Politik “.

Sidang Terbuka Promosi Doktor ini, dihadiri Promotor/penguji ,Prof Dr Muhammad Adil MA, Co Promotor/penguji , Prof Dr Abdul Hadi M Ag, sedangkan Ketua penguji, Prof Dr Munir M Ag dan penguji lain Drs Masyhur M Ag, Ph D , Dr Nur Fitriyana M Ag, Dr Nyimas Umi Kalsum M Hum, Prof Dr Hamidah M Ag dan sekretaris Dr Alimron S Ag M Ag

Dalam kesempatan tersebut, Kemas Ari Panji menjelaskan, mata uang Kesultanan Palembang Darussalam saat ini belum banyak dikenal.

“Kajian literatur mata uang ini pun tidak terlalu banyak. Padahal pada masa Kesultanan Palembang Darussalam terdapat dua mata uang yakni uang pitis tebok dan uang pitis buntu,” katanya.

Padahal, mata uang Kesultanan Palembang Darussalam memiliki peran penting dalam sejarah sosial, ekonomi, dan politik masyarakat Palembang pada masa kejayaan Kesultanan.

Lebih dari sekadar alat tukar, pitis terbukti menjadi simbol identitas, kedaulatan, dan keberanian dalam menghadapi intervensi kolonial.

“Pitis tidak hanya berfungsi sebagai alat transaksi ekonomi, tetapi juga sebagai cerminan dari dinamika sosial, politik, dan budaya masyarakat Palembang pada masa kejayaannya,” katanya.

Dari perspektif politik, intervensi Belanda terhadap sistem keuangan kesultanan menunjukkan bagaimana kekuatan eksternal dapat mempengaruhi struktur ekonomi lokal.

Dimana penggantian pitis dengan gulden Belanda tidak hanya mengubah sistem moneter tetapi juga membawa dampak signifikan terhadap kehidupan sosial masyarakat.

“Namun sejarah juga mencatat bagaimana pitis menjadi simbol kedaulatan dan identitas masyarakat Palembang,” katanya.

Serta bagaimana desain dan inskripsi pada koin tersebut memberikan wawasan tentang pengaruh Islam dan hubungan perdagangan yang luas dengan negara-negara lain.

“Seperti Tiongkok dan kerajaan-kerajaan di Timur Tengah,” terangnya.

Sejarah juga mencatat perlawanan dan kecerdikan Sultan Mahmud Badaruddin II. Dalam menghadapi tekanan ekonomi dan politik kolonial, sang Sultan mampu bernegosiasi cerdas dalam perdagangan komoditas unggulan seperti timah dan lada.

Ini menjadi bukti bahwa walaupun kesultanan berada dalam bayang-bayang kekuasaan asing, ruang untuk bertahan dan mengatur strategi tetap tersedia.

Bahkan, dalam ketegangan itulah terlihat daya adaptasi dan ketangguhan pemimpin lokal. Aspek ekonomi dalam disertasi ini turut memperlihatkan bagaimana perdagangan rempah-rempah dan komoditas lainnya menjadi pilar utama perekonomian kesultanan Palembang.

Serta bagaimana kondisi geografis yang strategis memungkinkan kesultanan untuk berperan sebagai pusat perdagangan yang vital di kawasan ini.

“Dalam suasana demikian, pitis bukan hanya alat tukar, tetapi instrumen pengendali ekonomi lokal yang sah,” jelasnya.

Sementara itu, Sultan Palembang Darussalam Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV Raden Muhammad Fauwaz Diradja SH Mkn mengapresiasi disertasi yang dikaji oleh Dr Kemas Ari Panji, SPd MSI dalam meraih gelar Doktor.

Sultan Fauwaz menjelaskan, Palembang memiliki koin yang merupakan salah satu bentuk kekayaan.

“Tidak semua kerajaan-kerajaan di nusantara ini memiliki mata uang sendiri dimasa lalu,” katanya.

Lebih jauh kata Sultan Fauwaz, dilihat dari perkembangan uang pitis memiliki keunggulan yang ini menunjukkan bukti-bukti peradaban yang sudah sangat maju, sangat tinggi.

Meski dihadapkan pada tekanan dari kekuatan asing, sambung Sultan Fauwaz, masyarakat Palembang menunjukkan daya tahan budaya yang luar biasa.

Masyarakat tidak hanya menyerah pada perubahan, namun meresponnya dengan kreativitas dan semangat mempertahankan identitas.

Pitis, dalam hal ini, menjadi simbol perlawanan dan penanda sejarah yang tidak bisa dihapus begitu saja oleh kolonialisme.

Promotor/penguji , Prof Dr Muhammad Adil MA mengatakan, Kemas Abdul Rachman Panji hari ini sudah berhasil mengungkap yang selama ini menjadi misteri yaitu mata uang Kesultanan Palembang yang sudah tidur cukup lama di Sumatera Selatan.

“Hari ini kita bisa mengurai satu demi satu dan hari ini kita bisa mengurai mata uang Kesultanan Palembang itu melalui mata uang. Baik dia mata uang buntu maupun mata uang tebok tadi. Tidak usah kita persoalkan buntu dan teboknya. Tetapi yang patut kita syukuri hari ini Pak Ari Panji bisa mengemas itu sedemikian rupa sehingga ini bagian dari hazanah peninggalan budaya masyarakat Sumatera Selatan, masyarakat Palembang,”katanya.

Adil meminta agar disertasi ini disosialisasikan, tidak hanya menjadi tumpukan-tumpukan dalam bentuk tulisan saja , tetapi dia harus segera dibaca, segera diketahui.

“Jadi ini silakan nanti dirumuskan sedemikian rupa. Sekali lagi selamat, Kami yakin dan percaya Pak Doktor kita yang baru, Pak Ari Panji, bisa mengamalkan ilmunya di tengah masyarakat dengan sebaik-baiknya,”katanya.

Kemas Abdul Rachman Panji dengan berurai air mata dalam sambutannya menjelaskan bagaimana perjuangannya untuk bisa meraih gelar doktor ini.

“Tentu hari ini adalah hari yang bahagia buat saya. Sesuatu yang dinanti-nanti. Dan rasanya mungkin sudah terlalu lama. Saya tidak akan menceritakan tentang perjalanan itu. Tapi intinya saya ingin mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah memotivasi, saya ”katanya.Dalam moment ini, Abdul Rachman Panji mengaku perasaan dan harapan, perasaannya bercampur bau.

“Alhamdulillah, hari ini adalah hari yang memang sudah cukup lama dinanti. Saya ini termasuk mahasiswa yang lambat. Tapi segala perjuangan, segala rintangan semuanya dapat diatasi. Sehingga hari ini suasananya bercampur padu ya. Ada haru, ada sedih, ada kesal dan sebagainya semuanya tumpah. Dan akhirnya ini menjadi satu luapan emosi yang menurut saya, mungkin kalau tidak saya keluarkan ini juga akan menjadi sesuatu yang mengganjal,”katanya sembari mengatakan, harapannya tentu tidak berhenti sampai di sini saja.

“Nah ini saya sekarang punya SIM. SIM itulah yang memang diperjuangkan selama ini. Intinya ketika dorongan kawan-kawan baik yang pendahulu maupun yang terakhir yang membuat motivasi saya untuk selesai. Karena kalau tidak selesai, saya diselesaikan. Nah istilah ini membuat motivasi satu terakhir ini saya genjot. Intinya memang perjuangan itu butuh konkret. Tidak teori. Kalau teori kan gampang, harus semangat, motivasi. Tapi kalau tidak dilakukan itu tidak konkret. Makanya akhirnya kita konkret dan itu saya tunjukkan. Dan ini memacu kawan-kawan yang lain. Anak mahasiswa saya yang lain. Saya juga punya mahasiswa, supaya ini menjadi motivasi mereka. Orang yang setua saya aja juga bisa selesai. Mereka yang masih muda, yang masih punya banyak waktu, harus bisa selesai,”katanya.(Ali G)