Kontrol SosialSosial-Budaya

Vebri Al Lintani Ajak Warga Palembang dan Sumsel Bersatu Selamatkan Marwah Benteng Kuto Besak

6
×

Vebri Al Lintani Ajak Warga Palembang dan Sumsel Bersatu Selamatkan Marwah Benteng Kuto Besak

Sebarkan artikel ini

Palembang | Duta Berita Nusantara

Budayawan Palembang, Vebri Al Lintani, mengajak seluruh masyarakat Palembang dan Sumatera Selatan (Sumsel) untuk bersatu untuk  menjaga dan mengembalikan marwah Benteng Kuto Besak (BKB) sebagai cagar budaya nasional.

Seruan ini ia sampaikan dalam rapat final aksi 1212 Penyelamatan BKB yang berlangsung di kediaman almarhum Raden H. Moh Akib di Jalan Kapten Cek Syeh, Sabtu (6/12/2025) siang.

“Mari kita bersama-sama memperjuangkan BKB. Semua organisasi, komunitas, dan kelompok masyarakat dipersilakan bergabung dengan Aliansi Penyelamat Benteng Kuto Besak. Kalau pun ingin berjuang di luar aliansi, silakan. Yang terpenting, kita satu tujuan: menyelamatkan BKB,” tegas Vebri dalam pertemuan tersebut.

Seruan ini mencuat seiring rencana pembangunan gedung baru Rumah Sakit dr. AK Gani setinggi tujuh lantai di kawasan BKB. Pembangunan tersebut jug akan menggunakan dana Bantuan Keuangan Bersifat Khusus (BKBK) dari Pemerintah Provinsi Sumsel senilai Rp 53 miliar pada tahun 2026.

Menurut Vebri, rencana pembangunan ini menimbulkan kekhawatiran serius, terutama karena kawasan BKB merupakan daerah bersejarah yang memiliki nilai arkeologis tinggi.Ia mengingatkan bahwa pembangunan gedung bertingkat membutuhkan fondasi dalam yang berpotensi merusak struktur tanah purbakala.

“Pembangunan gedung tinggi pasti memerlukan fondasi dalam, dan ini bisa merusak lapisan tanah yang menyimpan potensi temuan arkeologi. Kawasan BKB benar-benar kawasan cagar budaya. Bukan tidak mungkin di bawahnya terdapat artefak bersejarah yang belum terungkap,” jelasnya.

Vebri juga menyoroti hingga hari ini, kawasan inti BKB masih berada dalam kendali militer. Akibatnya, banyak titik penting di dalam area tersebut tidak dapat diakses publik maupun peneliti kebudayaan.

“Kawasan itu punya nilai sejarah yang sangat tinggi, tapi banyak bagian pentingnya tidak terbuka untuk publik. Padahal, penelitian arkeologi di sana bisa mengungkap banyak hal tentang sejarah Kesultanan Palembang,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa sebelumnya telah ada kesepakatan dengan pihak TNI terkait pengembangan Rumah Sakit dr. AK Gani. Dalam kesepakatan itu disebutkan bahwa pembangunan boleh dilakukan asalkan tidak mengganggu kawasan cagar budaya dan harus didampingi oleh tim ahli. Namun, menurut Vebri, ketentuan tersebut tidak dijalankan sebagaimana mestinya.

“Kita juga sudah bertemu pihak Komisi V DPRD Sumsel dan meminta dana BKBK itu dialihkan saja untuk relokasi RS dr Ak Gani dan penghuninya ketempat lain dan menjadilan BKB sebagai kawasan cagar budaya,” kata mantan Ketua Dewan Kesenian Palembang ini.

Sebagai bentuk penyelamatan jangka panjang, Vebri mendukung langkah relokasi seluruh fasilitas militer yang masih berada di area inti BKB.

Penataan ulang kawasan ini dinilainya sangat penting agar fungsi BKB sebagai situs sejarah dapat dikembalikan.

“Kalau cagar budaya terus tergerus, kita seperti menghapus sejarah kita sendiri. BKB harus difungsikan sebagaimana mestinya: dilestarikan, dibuka untuk penelitian, dan dihidupkan kembali sebagai pusat sejarah Kesultanan Palembang,” katanya.

Rapat tersebut diisi dengan tanya jawab dan diskusi dan diakhiri dengan poto bersama.(Ali Goik)