DENPASAR | Duta Berita Nusantara
Kasus dugaan penipuan investasi properti dengan pelaku seorang influencer asal Rusia bernama Sergey Domogatsky alias Mr. Terimakasih kian meluas. Setelah sebelumnya 10 warga negara asing (WNA) resmi melapor, kini jumlah korban bertambah 5 WNA, menjadi 15 orang dari berbagai negara. Total kerugian ditaksir mencapai puluhan miliar rupiah. Kepastian ini disampaikan Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol Ariasandy, S.I.K., Kamis (23/10/2025).
“Sampai hari ini sudah ada 15 laporan polisi yang kami terima terkait dugaan penipuan investasi oleh saudara Sergei Domogatsky,” ungkap Juru Bicara Polda Bali. Menurut Ariasandy, laporan-laporan tersebut kini ditangani oleh Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) dan Direktorat Siber Polda Bali. Pihaknya memastikan setiap aduan akan diproses sesuai ketentuan hukum.
“Kami imbau masyarakat dan para investor tetap tenang serta tidak mudah terpancing opini liar. Gunakan jalur resmi jika merasa dirugikan,” tegasnya. Lima laporan terbaru,
antaranya Victoria Neyzhmakova Vladimorovna asal Rusia, melapor dengan nomor STPL/2020/X/2025, mengaku rugi hingga Rp 8,46 miliar. Dudaev Chamsuddin dari Prancis, melapor dengan STPL/2034/X/2025, kehilangan USD 105.000 setelah vila yang diinvestasikan justru dijual.
Varapayeva Khrgstsina dari Belarus, melalui laporan STPL/2036/X/2025, dijanjikan proyek town house yang tak pernah terealisasi, dengan kerugian Rp 3,44 miliar. Sementara laporan lainnya juga menyebut nama PT Reflection Heavens Penida dan PT Bali Development Group, dua perusahaan yang dikaitkan dengan aktivitas bisnis Mr. Terimakasih di Bali.
Pihak kepolisian menyebut proses penyelidikan tengah berjalan.
Tim sedang memverifikasi dokumen, bukti transfer, serta kontrak kerja sama antara para pelapor dan pihak terlapor. “15 laporan sudah kami terima dan akan ditindaklanjuti sesuai prosedur hukum,” tutup Kombes Ariasandy. Seperti berita sebelumnya, laporan-laporan para investor asing ini diterima Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Bali sejak Jumat (17/10/2025) hingga Selasa (21/10/2025), dengan total kerugian yang tercatat mencapai lebih dari Rp 31 miliar.
Modus penipuan ini seragam, yaitu para korban tertarik dengan promosi pembangunan vila mewah di Nusa Penida, Kintamani, hingga Pecatu melalui akun Instagram yang dimiliki oleh Domogatsky dan sejumlah perusahaan yang diklaim miliknya, seperti PT Reflection Heavens Penida, PT World Class Projects, PT Best Global Solutions, dan PT Bali Development Group.
Setelah tertarik, para korban diarahkan berkomunikasi dengan sejumlah asisten yang disebut mengurus kontrak dan pembayaran, termasuk Agata Chuguevskaya, Marina Arisova, Margarita, dan Kateryna Ozerianska. Pembayaran dilakukan sebagian besar dalam bentuk mata uang kripto (USDT) atau tunai di Moskow. Namun, setelah pembayaran dilakukan, proyek properti yang dijanjikan tidak pernah dimulai dan komunikasi dengan para calon pelaku terputus.
Mereka merasa menjadi korban penipuan proyek properti fiktif yang dijanjikan di sejumlah kawasan wisata. Ulah Mr. Terimakasih ini terkuak bermula dari laporan Nezyhnakovo Victoria Vladimorovna, warga negara Rusia, yang tergiur iklan vila mewah di Nusa Penida pada Juli 2022. Ia membayar tunai 10,87 juta rubel dan 33.252 USDT, setara Rp8,46 miliar. Namun, villa impian itu tak pernah berdiri hingga kini. Korban lain, Chamsuddin Dudaev asal Prancis, menandatangani kontrak pembangunan vila senilai USD 105.000.
Pada 2024, villa yang telah ia lunasi justru dijual kepada orang lain. Sementara Varapayeva Khrystsina dari Belarus, kehilangan USD 220.000 setelah proyek town house yang dijanjikan tak pernah dimulai. Janji pengembalian uang juga tak pernah ditepati. Dari Belarus juga, Anatol Shymakouski harus gigit jari setelah mentransfer USD 129.970 untuk villa yang ternyata tak ada wujudnya. Sedangkan Olha Danch, warga Ukraina, kehilangan Rp2,4 miliar untuk proyek perumahan di Pantai Balian yang tidak pernah dibangun.
Modus serupa dialami Klimov Viacheslav dan Mikhail Vyacheslavovich Vorobev, keduanya asal Rusia. Mereka tergiur promosi di Instagram dan janji pembangunan vila modern. Setelah membayar hingga Rp1,5 miliar lebih, proyek tak kunjung terlihat, sementara pihak pengembang menghilang tanpa kabar. Korban berikutnya, Artem Borisovich Savateev, berinvestasi di proyek “Santorini” di Nusa Penida senilai USD 93.000.
Setahun berlalu, proyek yang dijanjikan tetap fiktif. Alexey Andreevich Pomortsev bahkan sudah membayar USD 248.000 untuk vila nomor 16, tetapi lahan yang dijanjikan masih kosong dua tahun kemudian. Laporan terakhir datang dari Iusupov Shakhzod, juga warga Rusia. Ia membeli dua villa di Kintamani dan Santorini senilai USD 367.000 atau sekitar Rp 6,16 miliar. Dua tahun berlalu, tak ada bangunan berdiri, dan semua kontak dengan pengembang terputus.
Rangkaian laporan ini menunjukkan pola serupa, janji investasi properti berbalut promosi di media sosial, kontrak resmi atas nama perusahaan, hingga pembayaran penuh dalam dolar dan kripto. Namun, proyek-proyek yang dijanjikan hanya tinggal imajinasi meninggalkan kerugian besar dan jejak kekecewaan mendalam para investor asing di Bali. (Hera)