Jakarta – DBN.com
Kementerian Perhubungan RI menggelar Forum Group Discussion (FGD) terkait ojek online (ojol) dengan mengundang beberapa aliansi dari ojol di Hotel Redtop, Pecenongan, Jakarta Pusat, Kamis (24/7/2025).
Kegiatan tersebut dihadiri oleh perwakilan dari instansi, lembaga, stackholder dan aliansi ojol terkait yang mendukung potongan 20% dan para korban aplikator.
Unit Respon Cepat (URC) ojol yang merupakan bagian tak terpisahkan dari lahirnya Ojol Indonesia turut menghadiri acara itu dan memberikan tanggapan atas kegiatan FGD tersebut.
“Dari awal acara dimulai juga terlihat sudah tidak kondusif. Pihak korban aplikator belum apa-apa sudah banyak intrupsi yang tidak jelas, apa lagi R4 dari mereka merasa tidak di undang untuk acara tersebut yang mana ternyata FGD itu merupakan agenda khusus untuk ojol bukan taksol ataupun kurir pengakuan dari Pak Yani. Bakhan moderator di nilai jg tidak adil tanpa memberikan kesempatan kami dari URC untuk memberikan tanggapan dalam forum itu, padahal kami sudah berulangkali angkat tangan,” beber Humas URC, Erna yang hadir pada FGD Kemenhub, Kamis (24/7/2025)
Di lokasi berberbeda saat di wawancarai, Ketua Umum Masyarakat Ojek Online Seluruh Indonesia (MOOSI), Danny Stephanus yang juga merupakan Juru Bicara (jubir) dari URC mengatakan bahwa kurang ketatnya pengawasan saat FGD berlangsung.
“Pihak penyelenggara dalam hal ini Kemenhub kurang tegas dalam mengawasi peserta FGD yang di undang sehingga banyaknya nama-nama yang tidak ada dalam undangan justru bisa masuk hanya untuk menikmati makanan dan membuat keonaran pada acara tersebut. Bahkan ada juga sebagian orang yang tidak boleh masuk karena namanya tidak ada justru dapat masuk karena mengaku pada petugas kalau dirinya bagian dari URC hanya untuk dapat masuk pada acara itu,” kata Danny usai kegiatan.
Danny menambahkan, banyaknya juga drama yang dimainkan oleh pihak korban aplikator. Anehnya ada yang tidak memiliki akun ojol tapi memaksa untuk bisa berbicara sehingga membuat keributan terulang kembali.
“Harusnya moderator memberikan kesempatan satu-satu perwailan dari tiap aliansi yang di undang untuk berbicara bukannya malah asal tunjuk saja sehingga saling berebutan. Dari awal sudah disepakati bahwa yang dapat berbicara yang memiliki akun ojol. Lucunya, dari kubu korban aplikator malah memaksa untuk berbicara padahal tidak memiliki akun, ditambah lagi dia menyerukan agar seluruh pihak termasuk kemenhub yang tidak memiliki akun untuk semua keluar ruangan. Wong kalau bicara otaknya di pakai dulu, masa yang punya acara disuruh keluar, hehehe,” tambahnya
Dirinya menilai jika pihak korban aplikator mungkin ingin terlihat eksis dalam acara tersebut, tapi tidak berpikir bahwa URC juga ada dalam rungan tersebut. Sepanjang acara perwakilan URC justru terlihat lebih tenang dan tidak banyak terlibat dalam adu argumen yang tidak jelas.
“Teman-teman URC tidak terpancing selama kegiatan berlangsung. Justru konflik yang terjadi di dalam antara kubu FDTOI dan korban aplikator. Namun, dipenghujung acara justru dari pihak korban aplikator membuat ulah pada seorang perwakilan dari URC yang akhirnya berbuntut panjang hingga di luar hotel. Seruan “main” diluarpun mulai dilontarkan dari pihak URC pada pihak Garda yang memicu puluhan orang dari URC menunggu di luar hotel hingga membuat pihak kepolisian yang berjaga harus menurunkan 2 kompi personelnya untuk menenangkan massa URC yang terus berdatangan hingga pihak kepolisianpun kesulitan karena banyaknya massa URC,” jelasnya
Dari pantauan media di lokasi, massa URC yang di luar hotel terlihat terbagi pada tiga titik kumpul. Titik massa pertama di depan hotel, titik kedua di lampu merah, dan titik ketiga di base camp ojol Govinda Juanda dekat shatler Grab/Gojek.
“Ya kita sama-sama taulah, namanya aja Unit Respon Cepat, jadi buat mereka kumpul tidak perlu waktu lama, hitungan menit udah ratusan URC langsung berdatangan. Yang buat saya ngakak, beredar di group whatsapp kalau Garda tidak berani keluar hotel dan meminta untuk dikawal dari hotel ke sekretariat mereka. Kalau dimedsoskan mereka mengaku singa dengan 50 ribu massa, nah pas ketemu dengan URC berubah jadi anak ayam,” tutupnya sambil tersenyum lucu.
URC selama ini diketahui hanya bergerak dalam sosial dengan membantu teman-teman ojol yang mengalami musibah kecelakan di jalan. Mereka tidak pernah terlibat dalam aksi unjuk rasa apapun, apa lagi sampai ikut dalam FGD. Namun, jika URC sudah terlibat dalam memperjuangkan nasib ojol itu artinya kondisi ojol sedang tidak baik-baik saja akibat ulah dari oknum-oknum yang telah mempolitisasi teman-teman ojol.
FGD Kemenhub kali ini merupakan agenda yang telah tertunda dari beberapa minggu lalu usai Kemenhub hadiri rapat dengan Komisi V DPR RI. Awalnya direncanakan pada 8 July 2025, kemudian diundur ke 15 July, kemudian merasa belum siap diundur ke 22 July tapi baru terlaksana pada 24 July 2025.
Seluruh peserta FGD berharap agar kedepannya pihak penyelenggara dapat lebih ketat dalam mempersiapkan aturan main, mulai dari undangan, materi, peserta hingga tujuan yang di dapat dari acara tersebut yang membuahkan hasil nyata.(Dan)